Kamis, 09 April 2020

Kabut Asap

LATIHAN MENULIS CERPEN
KABUT ASAP


TELAH tiga kali Meila bermimpi hal serupa. Mimpi yang menurutnya sangat menakutkan sekaligus mengerikan. Di alam mimpinya, ia melihat asap menggumpal, mengbubung melalui atap rumahnya. Bahkan, mimpi-mimpi itu seperti sebuah tayangan sinetron bersambung. Saling berkaitan satu sama lain dan tampak begitu runtut.

Meila terbangun dengan muka penuh keringat. Ia melirik ke arah ac yang terpasang di kamarnya. Suhu ac menunjukkan angka 16, seharusnya dengan suhu setinggi itu, ia tidak mengeluarkan keringat sebanyak ini. Ia menyeka keringatnya menggunakan tisu yang berada tepat di samping tempat tidurnya. ‘Huh.... Mimpi itu lagi.’ Gumamnya. Kali ini pandangan beralih pada jam yang tertempel di sudut kamarnya. Jam masih menunjukkan pukul 03.00, masih ada waktu untuk kembali tidur, tapi mata Meila tak mau juga terpejam. Dengan kesal ia mengambil handphone-nya, ia mulai kembali membuka aplikasi google, seperti hari-hari sebelumnya. Ia masih penasaran apa arti mimpinya itu. Tak lama matanya pun terpejam. Ia kembali ke alam tidurnya.

I used to rule the world
Seas would rise when I gave the word
Now in the morning, I sleep alone
Sweep the streets I used to own

Suara musik dari Coldplay dengan judul Viva la Vida menyaring jelas ditelinganya. Ia terperanjat kaget. Ia pun tersadar bahwa tadi pagi ia ketiduran dan ia tak sempat meletakkan handphone-nya di meja kecil di samping tempat tidurnya. Meila pun mulai bersiap untuk pergi ke sekolah. Setelah semua dirasa sempurna, ia pun turun untuk sarapan.

“Pagi bi Inahku tayang.” Sapa Meila dengan senyum manisnya. “Mami? Papi? Pasti sudah berangkat ya bi?” Tanyanya sambil mengoleskan mentega pada rotinya.

“Mami non tadi pagi-pagi sekali sudah berangkat ke Bandung, sedangkan papi non kemarin tidak pulang.” Jawab bi Inah sambil memberikan segelas susu coklat panas kesukaan Meila.

Meila menghela napas tanda kecewa. Mimik mukanya berubah yang tadinya ceria kini sedikit muram. Ia kembali teringat akan mimpi-mimpinya belakangan ini.

“Bi, aku mau cerita, belakangan ini aku selalu mimpi aneh loh. Mimpi aku selalu bersambung dan berhubungan. Dan semuanya selalu ada asap. Sejujurnya bi, aku penasaran apa arti mimpi-mimpi itu. Aku takut jika artinya buruk bi....” Cerita Meila.

Bi Inah tersenyum. “Non, mimpi itu bunga tidur. Kalau memang rasanya mimpi itu menyeramkan, tandanya non harus lebih banyak berdoa, meminta hal yang buruk dijauhkan dan hal yang baik didekatkan.” Bi Inah melihat ke arah Meila, ingin rasanya ia menceritakan semua tentang kondisi papi maminya yang sudah tidak seperti dahulu. Tapi, ia sadar, itu akan menyakiti Meila, anak majikannya yang sangat ia sayang. “Non, berangkat sana, Pak Sob sudah siap untuk mengantar Non itu.”

“Iya bi iya. Aku berangkat ya bi. Daaaddaahhh.” Teriak Meila sambil berlari ke depan.

Dalam perjalanan menuju sekolah Meila melihat mobil papinya. Ia terkejut melihat orang yang duduk di kursi depan dengan posisi menyender ke bahu papinya. Padahal papinya sedang mengemudi mobil.

“Pak Sob, ikutin mobil papi. Cepet!” Perintah Meila.

“Tapi non....” belum sempat Pak Sob berbicara, Meila berteriak kembali, “Sekarang Pak Sob! Kalau tidak mau, Meila turun di sini. Biar Meila hilang dan Pak Sob dipecat mami!” Ancam Meila.

Pak Sob akhirnya menuruti keinginan Meila dengan perasaan campur aduk. Meila marah pada papinya. Bisa-bisanya papinya melakukan hal ini.

Mobil papi Meila hampir memasuki kawasan apartemen. Pak Sob menyelip mobil yang dikendarai oleh bosnya. Meila turun dari mobil. Papi Meila terlihat kaget melihat putri satu-satunya berada tepat di depan mobilnya.

“Mei, Papi jelasin di rumah nanti.” Ucap papinya sambil memeluk Meila.

“Gak usah dijelasin. Papi selingkuh! Mei kecewa!” Teriak Meila. Air matanya mulai mengalir.

“Mei, dengerin penjelasan papi dulu ya.”

“Gak usah pi gak usah!” Teriak Meila. Meila melirik ke arah wanita yang menunduk tak berani menatap Meila. “PAPI JAHAT!” Teriak Meila kembali. Kali ini Meila berlari.

Papi dan sopirnya mengejarnya. Meila berlari terus dan tak melihat jalan. Di persimpangan jalan Meila terus berlari, ia tak sadar ada mobil pikap yang melaju cukup kencang. Tabrakan tak dapat dihindari. Meila terpental cukup jauh sebelum mobil lain menghantam kembali tubuhnya.

Semua yang melihat kejadian itu berteriak. Sebagian pengemudi motor dan pejalan kaki yang berada di sekitar lokasi kejadian sibuk mengejar sopir pikap yang berniat kabur. Sebagian lagi berserta papi Meila dan sopirnya mengerubungi tubuh Meila. Air mata mengalir di mata papinya Meila. Rasa penyesalan yang amat dalam menghantuinya. Tak lama sirene ambulans terdengar. Para petugas mengangkat tubuh Meila dengan tandu. Dokter yang ikut dalam ambulans mengatakan Meila sudah meninggal kepada papinya Meila.

Berita kematian Meila dan rekaman cctv beredar di media sosial. Mami Meila sempat pingsan saat melihat kiriman rekaman cctv. Hari itu juga Maminya pulang dan melihat Meila sudah kaku tak bernyawa. Meila dimandikan kemudian dimakamkan di makam terbaik di kota itu. Beberapa hari setelah kematian Meila, Papi dan Maminya mengurus perceraian. Bi Inah duduk terdiam di ruang makan. Ia merindukan Meila, anak gadis majikannya yang sangat ia sayang. Ia teringat dengan cerita Meila tentang mimpi Meila. Bi Inah menghela napas, ia membereskan susu coklat yang seperti biasa ia siapkan untuk Meila. Tapi kali ini, susu coklat itu tak habis bahkan tak tersentuh, karena sang empunya susu coklat telah tiada.

- selesai -

0 komentar:

Posting Komentar